السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Marah bagian dari sifat manusia yang ditanamkan dalam dirinya untuk menjadi ujian baginya. Tidak semuanya tercela. Ada sebagiannya yang terpuji. Yaitu marah yang dilakukan karena Allah disebabkan ada aturan-aturan Allah yang dilanggar.
Sedangkan marah secara umum yang diakibatkan emosi memuncak dalam dada adalah tercela. Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan marah yang semacam itu hasil dari godaan syetan, “Marah itu dari Syetan.” (HR. Abu Dawud)
Karenanya, jika seseorang sedang marah atau dikuasai amrah hendaknya ia memadamannya dengan berwudhu’.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Marah itu dari Syetan. Ia dicipta dari api. Sesungguhnya api padam dengan air. Jika salah seorag kalain marah hendaknya ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud)
Selain berwudhu’, disyariatkan juga untuk berdoa. Yakni berlindung kepada Allah dari godaan syetan terkutuk dengan membaca ta’awudz.
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
“A’udzu Billahi Minasy Syarithanir Rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari syetan terkutuk).”
Hal ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Salah satu godaan syetan adalah bangkitnya amarah dan keinginan melampiaskannya. Walaupun maknanya tidak terbatas pada ini saja. Jika godaan tersebut nampak maka hendaknya segera berlindung kepada Allah agar dihindarkan dari dampak buruknya.
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurad Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata:
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلَانِ يَسْتَبَّانِ فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ
“Saat aku duduk-duduk bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ada dua orang saling memaki (adu mulut). Salah seorang dari keduanya memerah mukanya dan menegang urat lehernya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh aku tahu ada satu kalimat kalau ia ucapkan maka akan hilang apa yang ada padanya, kalau saja ia membaca:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
“A’udzu Billahi Minasy Syarithanir Rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari syetan terkutuk)”, pasti hilang apa yang ada padanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Ada juga doa lain yang dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar diberi kemampuan untuk tetap berkata yang benar saat lapang dada maupun marah.
وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ
“Dan aku minta kepada-Mu perkataan yang benar saat senang dan marah.” (HR. Ahmad dan Al-Nasai dari hadits Ammar bin Yaasir. Syaikh Al-Albani menyahihkannya dalam Al-Misykah, no. 2497)
Orang bertakwa bukan berarti orang yang tak bisa marah. Tapi, orang yang mampu mengendalikan amarahnya saat diyakini tidak mendatangkan kebaikan signifikan. Ia lebih dekat kepada sifat lembut dan memaafkan. Karena jika godaan syetan yang memainkan emosinya muncul ia ingat dampak buruk yang ditanggungnya di akhirat sehigga ia segera berusaha memadamkannya dan berlindung kepada Allah Yang Mahakuasa untuk melindungi dirinya dari godaan syetan tersebut.
Wallahu A’lam ..
0 comments:
Post a Comment